CILACAP, skipatroli.com – Sejumlah Kepala Desa (Kades) di Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap mengungkapkan proses Syamsul Auliya Rachman yang akan mencalonkan diri sebagai Bupati Cilacap.
Sang kades mengungkapkan, untuk meraih ambisi menjadi Bupati Cilacap, Syamsul Auliya Rachman saat masih menjabat sebagai Wakil Bupati Cilacap sudah beraksi mengambil hati para kades se Kabupaten Cilacap dengan cara sowan ke masing-masing kades yang dianggap bisa mendongkrak suaranya.
Salah satu kades yang berhasil diwawancarai ialah Sariyo, Kades Danasri Kidul. Ia yang baru-baru ini ditemui skipatroli.com membeberkan pola Syamsul Auliya Rachman dalam menggapai ambisi menguasai Cilacap, dengan berbagai taktiknya.
Sariyo mengungkapkan, saat itu Syamsul membentuk tim 7 dan juga mengirimkan sembako setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri dengan mendatanginya untuk meminta dukungan.
“Ia nitip 17 parcel bingkisan senilai Rp 150 ribuan untuk kades-kades se Kecamatan Nusawungu, serta memberi amplop beriisi Rp 3 juta dalam rangka menghadiri Pagelaran Wayang Kulit di Desa Danasri Kidul,” beber Sariyo, seraya menambahkan amplop terserbut diterima langsung olehnya.
Sariyo juga mengaku, saat itu merasa risih karena dalam wawancara, dirinya difoto dua orang ajudan Syamsul yang masih menjabat sebagai Wakil Bupati Cilacap.
Terbaru, Sariyo mengungkapkan sudah menelepon Syamsul terkait akan dilaksanakan gelaran wayang kulit pada bulan Agustus 2025 mendatang. Menurut Sariyo, Syamsul bersedia menanggung biaya wayang kulit Agustus 2025 dari dana pribadinya senilai Rp. 30 juta.
Sementara saat itu, Syamsul yang masih menjabat sebagai Wakil Bupati Cilacap pernah diwawancari skipatroli.com beberapa waktu lalu.
Berikut rangkuman perbincangan wartawan dengan Syamsul Auliya Rachman:
“Bagaimana sekarang sudah duduk sebagai Wakil Bupati Cilacap. Rasanya bedakah saat menjabat PNS,” tanya wartawan
“Biasa saja,” jawab Saymsul.
“Apakah kedepan ada rencana maju menjadi bupati?” tanya wartawan
“Ah gak ada pikiran ke sana. sekarang fokus yang dijalani saja, disyukuri saja. Urusan ke depan belum arah ke sana (jadi bupati red)” jawab Syamsul.
“Saya sudah bersyukur sekarang, dan belum berpikir ke arah sana. Saya fokus sekarang, saya sudah komit anti parsel dan amplop. Sudah banyak kontraktor menemui saya memberikan amplop dan bingkisan atau apalah namanya, saya tolak,” tambah Syamsul, kala itu.
Namun, pernyataan itu nampak berbeda ketika Cilacap membuka peluang calon bupati. Berdasarkan keterangan kepala desa, Syamsul ternyata menjadi salah satu kandidat yang bergerak cepat membeli hati kepala desa.
Pejabat lainnya, Sadmoko Danardono saat menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap, saat diwawancarai juga mengaku ogah menerima uang proyek.
Ia yang kini diangkat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cilacap bahkan membeberkan semboyan “Lebih baik makan dengan kecap daripada harus makan uang hasil fee proyek dinas”.
“Kasih tahu saya jika ada kontraktor ambil lebih 10% keuntungan. Langsung saya blackist, saya kasih surat peringatan gak bisa lagi ikut tender lelang dinas,” ujarnya, saat itu.
Kini ia mendukung dan mengatur seluruh rencana Bupati Syamsul dalam membagi-bagikan parcel, sembako kepada seluruh jajaran pegawai atau PNS di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cilacap.
Di tempat terpisah, salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Cilacap, Ripno, mengatakan, Bupati dan Sekda Cilacap harus bisa mempertanggungjawabkan amanahnya dan melakukan pembenahan di Cilacap.
“Mari kita awasi setiap kebijakan Bupati Cilacap agar transparan. Seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD) Cilacap yang mencapai Rp 3 triliunan. Ini harus kita awasi agar jelas dan tepat dalam penggunaanya,” ujar Ripno.
Ripno menyangkan jika semasa pilkada lalu, Syamsul Auliya Rachman menggunakan kepala desa sebagai alat mendongkrak suara.
“Kalau begitu ceritanya, berarti kepala desa juga tidak netral, dia terlibat politik praktis untuk mendukung seorang calon bupati. Maka jelas hal itu melanggar aturan,” tukasnya. (hadi)